Postingan

Tentang Rani

'Rindu itu menyempitkan ruang hati, saat hanya berujung menjadi sebuah mimpi'. Hari itu hujan turun dengan lebatnya, menyisakan genangan air yang pasang. Membuat mahluk hidup enggan berjalan. Tak sedikit dari mereka memilih meringkuk dalam hangatnya pergumulan alam bawah sadar. Rani, wanita manis yang kini hanya menatap tetesan langit melaju menuju permukaan bumi. Matanya sayu, tubuhnya bergetar. Menggenggam jemari tangannya, menopangkan dahu pada kedua lutut yang sedari tadi menghangat diantara debaran dada. "Maaf, aku hanya merindukanmu. Tak bermaksud lebih". Rani menggumam. Masih jelas dalam pelupuk matanya kejadian beberapa hari yang lalu.   "Aku bisa apa? Jika yang terjadi demikian". Lagi lagi air matanya tak dapat dibendung.   Wanita memang tak selamanya memiliki kepekaan, dan tak selamanya menuntut untuk dimengerti. --- "Harusnya kamu tau Ran. Ga segampang itu." "Tapi aku percaya!" "

Senja Dalam Jiwa

Sebagian perasaanku hancur, lagi-lagi dia yang kau pilih menjadi tempat tinggal. Bukan aku! Entah, apa kurangku dihadapanmu. Sampai sekalipun kau tak pernah melirik meski sebentar. Aku tau, aku tak pernah mampu berpaling daripadamu. Walau kenyataan tak sebahagia yang aku harapkan. Ya, itu dulu. Aku dulu pernah merasakan perasaan itu. Perasaan hancur, perasaan kecewa, perasaan sia-sia, bahkan bodoh pun aku merasa begitu. Cemoohan mereka tentangku yang kian merambah menusuk kalbu. Sudah biasa ku dengar. Aku bodoh, aku yang lemah, atau terlalu sabar menunggu. Setiap harinya hanya harapan kosong yang ku terima. Seringnya kita bersama membuatku terpaku pada satu kenyataan besar. Aku sayang, hanya kepadamu. Mulanya terkesan biasa saja, aku berusaha menutupi kenyataan itu. Walau nyatanya, kau mengetahuinya. Bukan jarak yang ku harapkan, mendapatimu menjauh itu menyakitkan. Secara aku tak lagi dapat dekat, atau sekedar melihat senyum tulus yang biasa kau berikan untukku. A

Sekedar Pewarna Tanpa Makna

Aku tau, aku mulai mengagumi sosoknya yang istimewa itu. Meski sekedar teman dekat. “Dhiiiiirr.. Ini ada titipan dari Yogi. Katanya sih mumpung masih anget.” “Thanks yaa Ges. Betewe ketemu dimana sama Yogi?” “Tadi, pas kelar senam. Udahan ya, aku mau balik duluan.” “Iyaa, thanks yaa Ges.” Sosoknya memang luar biasa dimataku, meski pandangan yang lain mengatakan berbeda. --- Hujan masih mengguyur jalanan kota Surabaya kali ini. Padahal sudah pukul delapan pagi. Dhira harus segera pergi ke kampus. Mengingat kuis mata kuliah Akuntansi sudah siap dinikmati. ‘Yaampun, belum reda juga. Mana mobil dipake Dandy dari semalem belum balik lagi. Masa iya calling taxi. Setengah jam lagi kudu sampe kampus lah. Gojek aja deh.’ Ujarnya dengan perasaan yang luar biasa resah. “Kak, dicariin temen mu dibawah.” “Dandy, kemana aja sih? Aku butuh mobil kamu ga balik-balik.” “Ngomelnya ntaran aja deh. Ditungguin.” “Ga tau diri banget!” Dhira segera turun k